Senin, 06 Januari 2014

Meraup Ratusan Juta dari Bisnis Tapai Ketan

JAKARTA, KOMPAS.com — Kota Kuningan, Jawa Barat, populer sebagai penghasil tapai ketan. Bahkan, makanan ini telah menjadi oleh-oleh khas bagi para pelancong yang singgah ke Kuningan. Adalah Carsim Cahyadi, salah satu orang yang telah memopulerkan makanan ini melalui bendera usaha tapai ketan "Pamela".

Carsim merupakan orang kedua di Desa Tarik Kolot, Cibeureum, Kabupaten Kuningan, yang membuka usaha pembuatan tapai ketan. Ia bercerita, kemampuan membuat tapai ketan didapatnya dari orangtuanya. Memang, membuat tapai ketan sudah menjadi tradisi turun-temurun di desa tersebut, terutama pada saat menjelang hari Lebaran.

Namun, katanya, dulu hanya ada satu orang di Desa Tarik Kolot yang menjadikan tapai ketan sebagai peluang bisnis. "Padahal, peluangnya besar, maka saya bertekad memperkenalkan racikan tapai khas Kuningan lebih luas hingga ke luar daerah," tutur pria kelahiran Kuningan, 46 tahun silam ini.

Maka, mulai 1996, ia merintis usaha pembuatan tapai ketan Pamela. Nama Pamela merupakan akronim dari kedua nama anaknya, yaitu Fajar dan Mela. “Karena kami orang Sunda, Fajar biasa disebut Pajar. Jadi, itu singkatan dari Pajar dan Mela,” ujarnya.

Dapur rumahnya disulap menjadi tempat pembuatan tapai. Bahan baku beras ketan dan ragi didapat dari Indramayu, Jawa Barat. Kini, saban hari, Carsim mampu memproduksi 3 kuintal tapai ketan. Ia mengemasnya dalam lima ukuran kemasan, yaitu kemasan ember berisi 100 bungkus tapai, kemasan ember kecil berisi 80 bungkus, lalu kemasan dus isi 50 bungkus, kemasan stoples isi 28 bungkus, dan yang paling kecil kemasan plastik mika berisi 16 bungkus tapai.

Dilihat dari jenis kemasan, pria lulusan salah satu SMK di Kuningan ini memang menyasar dua tipe pelanggan, yaitu pelanggan ritel dan pelanggan grosir. “Sekitar 80 persen hasil produksi tapai Pamela untuk memenuhi permintaan pelanggan grosir," ungkapnya.

Harga jualnya bervariasi, mulai dari Rp 10.000 untuk kemasan paling kecil hingga Rp 50.000 untuk kemasan ember berisi 80 bungkus. 

Meski tak membuka gerai sendiri, tetapi produknya sudah cukup punya nama. Buktinya, pelanggan Carsim tak hanya berasal dari sekitar Kuningan, tetapi juga dari Cirebon, Bandung, hingga Jakarta. Setiap hari, ia bisa menjual minimal 100 kemasan tapai ketan Pamela. Tak heran, ia bisa mengantongi omzet sekitar Rp 150 juta sebulan.


Saat ini, cukup banyak warga Desa Tarik Kolot yang mengikuti jejak sukses Carsim. Tercatat, ada 15 produsen tapai ketan khas Kuningan. Meski banyak pesaing di desanya, tetapi ia mengaku produknya tetap unggul lantaran menekankan aspek kebersihan dan ketelitian pada proses produksi. Hasilnya, tapai ketan Pamela menjadi lebih manis dan empuk.

Analisis :
Usaha yang dibuka oleh Pak Carsim memang sangat bagus. Selain karena dia bisa mencukupi kebutuhannya, tetapi juga bisa menciptakan lapangan pekerjaan untuk orang-orang disekitar rumahnya. Bahkan daerah tempat ia tinggal pun ikut tersohor berkat tapai ketan "pamela" buatannya.

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar