Minggu, 05 Januari 2014

Kisruh Kenaikan Elpiji 12 Kg, Menteri BUMN angkat bicara

Jakarta -Menteri BUMN Dahlan Iskan mengaku salah atas kekisruhan yang terjadi terkait kenaikan harga elpiji 12 kg. Menurutnya hal itu disebabkan karena kurang koordinasi antara perusahaan dengan pemerintah saat menetapkan kebijakan itu.

"Semua saya yang salah. Kurang koordinasi, saya yang salah," ungkap Dahlan usai rapat kabinet terbatas bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu (5/1/2013)

Ia menuturkan, kebijakan Pertamina merupakan tidak lanjut dari hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Disebutkan, perusahaan selalu rugi setiap tahunnya sejak 2009 karena bisnis gas elpiji yangnon subsidi.

"Pertamina harus patuh dengan BPK. Karena ini non subsidi. Pertamina takut dengan BPK. Makanya Pertamina memilih untuk menaikkan harga elpiji," sebutnya.

Dari sisi pemerintah menyebutkan kenaikan harga dari Rp 70.200 menjadi Rp 117.708 per tabung terlalu tinggi. Sehingga menimbulkan dampak yang besar terhadap masyarakat. Dahlan mengatakan, oleh karena itu persoalan ini dibahas kembali.

"Jadi harga ini dianggap ketinggian. Nggak apa-apa, kita akan tinjau ulang kembali. Semuanya saya yang salah," ujar Dahlan.

Sebelumnya, Menteri Perekonomian Hatta Rajasa mengungkapkan keputusan kenaikan elpiji 12 kg telah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Pertamina (Persero). Hatta menyebut Menteri BUMN yang merupakan pemegang saham Pertamina sudah pasti mengetahui rencana kenaikan elpiji 12 kg tersebut.

"Keputusan diambil melalui RUPS. RUPS itu kan Menteri BUMN, jadi sebetulnya BUMN (Menteri) sudah tahu duluan bahwa itu naik (gas 12 kg). Itu keputusan RUPS," kata Hatta pagi tadi.

Hatta bersama Menteri ESDM Jero Wacik dan beberapa Menteri lainnya seperti Menteri Keuangan Chatib Basri, Menteri BUMN Dahlan Iskan dan Direksi Pertamina menghadiri rapat khusus membahas kenaikan elpiji 12 kg di Bandara Halim Perdanakusuma. Rapat ini langsung dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Wapres Boediono.

Analisis:
Menurut saya, keputusan pertamina untuk menaikkan harga elpiji tidak sepenuhnya bisa disalahkan karena jika tidak dinaikkan maka pertamina akan mengalami kerugian yang akan berdampak buruk pada sistem perekonomian negara kita. Tetapi jika elpiji terus-terusan mengalami kenaikan harga, maka rakyat pun akan semakin sengsara dan memperbesar resiko terjadinya penyelewengan terhadap oknum-oknum yang ingin menyelewengkan pengisian gas bersubsidi ini. Sebaiknya pemerintah mengambil tindakan untuk tidak mensubsidi gas elpiji lagi tetapi pemerintah memberikan BLT (bantuan langsung tunai) kepada masyarakat. Karena setiap orang mampu membeli gas, sedangkan yang dapat menerima BLT tidak semua orang. Jadi lebih efektif dan adil.

Sumber:
http://finance.detik.com/read/2014/01/05/161745/2458658/1034/kisruh-kenaikan-elpiji-12-kg-dahlan-semua-saya-yang-salah
http://www.gresnews.com/berita/politik/161651-ini-efek-domino-kenaikan-gas-elpiji-12-kg


Tidak ada komentar:

Posting Komentar