Sabtu, 01 November 2014

Produsen Gadget Terkenal Berebut Hak Paten

Seperti yang kita ketahui bahwa SMSG, ANDRO dan APL saling berselisih, diberbagai belahan Dunia saling tuduh menuduh tentang hak paten dan seakan tak berkesudahaan. Perang Hak paten antara perusahaan Tehnology terbesar ini ada artikelnya ada pada laman situs www.Bussinesweek.com yang amat panjang, tetapi menarik untuk di baca. Pada artikel BussinesWeek itu memaparkan perang paten antara APL dan berbagai produsen yang memproduksi produk-produk ANDRO dan juga artikel itu memberikan rincian bagaimana APL terlibat dalam litigasi paten dengan sejumlah pembuat smartphone ANDRO, termasuk SMSG, MTRL dan HTC.

“Dalam perang paten telepon pintar (smartphone), banyak hal yang dipertaruhkan. Perusahaan terkait tak akan ragu mengeluarkan uang banyak demi menjadi pemenang,” kata pengacara dari Latham & Watkins, Max Grant, dikutip dari Bloomberg, Jumat, 24 Agustus 2012. Menurut dia, ketika persoalan hak cipta sudah sampai di meja hijau, maka perusahaan tidak lagi memikirkan bagaimana mereka harus menghemat pengeluaran keuangan.

Sebagai gambaran, Grant mengatakan, pengacara APL diketahui memperoleh komisi US$ 1.200 atau sekitar Rp 11,3 juta per jamnya untuk meyakinkan hakim dan juri bahwa SMSG Electronics Co telah menyontek atau mencuri desain smartphone APL. Perusahaan yang dipimpin Tim Cook itu juga sudah menghabiskan total US$ 2 juta atau sekitar Rp 18,9 miliar hanya untuk menghadirkan saksi ahli.

Meski kelihatan besar, uang untuk pengacara dan saksi ahli tersebut sebenarnya tergolong kecil dan masih masuk akal di “kantong” APL ataupun Google. Sebagai contoh, biaya US$ 32 juta yang dikeluarkan APL dalam perang paten melawan MTRL Mobility setara dengan hasil penjualan APL iPHN selama enam jam.

Keduanya diminta menghentikan penjualan produk tertentu. 10 produk SM, termasuk Galaxy SII, tak boleh dijual lagi; 4 produk APL, termasuk iPd 2 dan iPHN 4, juga demikian. Oleh pengadilan Korea, SMSG diminta membayar denda 25 juta Won, sedangkan APL dikenakan denda sejumlah 40 juta Won atau setara US$ 35.400.


ANALISIS

Moral Dalam Dunia Bisnis:
Moral sangat erat kaitannya dengan pembicaraan agama dan budaya, artinya moral pelaku bisnis sangat dipengaruhi oleh ajaran serta budaya yang dimiliki oleh pelaku-pelaku bisnis sendiri. Setiap agama mengajarkan pada umatnya untuk memiliki moral yang terpuji dalam kegiatan mendapatkan keuntungan dalam ber"bisnis". Jadi, moral sudah jelas merupakan suatu yang terpuji dan pasti memberikan dampak positif.

Namun pada kasus ini, moral sesama si pesaing bisnis ini sangat tidak terpuji karena rela menjatuhkan para pesaingnya yang sejenis. Harusnya dalam berbisnis, kita tidak boleh saling menjatuhkan karena setiap orang sudah memiliki porsi rejekinya masing-masing. Jika selalu iri kepada pesaing bisnis kita, tidak akan ada habisnya kita akan terus dihantui rasa gelisah.

Etika Dalam Dunia Bisnis :
Apabila moral merupakan sesuatu yang mendorong orang untuk melakukan kebaikan etika bertindak sebagai rambu-rambu (sign) yang merupakan kesepakatan secara rela dari semua anggota suatu kelompok. Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika (patokan/rambu-rambu) yang menjamin kegiatan bisnis yang seimbang, selaras, dan serasi.

Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :

  • Pengendalian diri
  • Tanggung jawab sosial (social responsibility)
  • Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi
  • Menciptakan persaingan yang sehat
  • Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan"
  • Mampu menyatakan yang benar itu benar
  • Sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha kebawah
  • Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
  • Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati

Dari ke 9 hal yang perlu diperhatikan diatas, dalam menjalankan etika bisnis sudah jelas bahwa artinya perilaku bisnis sendiri tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan main curang dan menekan pihak lain dan menggunakan keuntungan tersebut walaupun keuntungan tersebut merupakan hak bagi pelaku bisnis. Jadi maksudnya dalam hal ini, seharusnya pihak APL maupun SMSG tidak saling menggugat tentang hak paten. Karena masing-masing sudah memiliki ciri khas. Dari segi OS nya pun juga sudah berbeda. Dari kekurangan dan kelebihan pun juga cukup jauh berbeda. Karena si APL memiliki kelebihan di sisi multimedia sedangkan si SMSG memiliki kelebihan dari pesan teks, media sosial, dan microsoft office nya. Sadar akan masing-masing kekurangan dan kelebihan akan menciptakan persaingan yang sehat.

Dunia Bisnis :
Secara sederhana etika bisnis dapat diartikan sebagai suatu aturan main yang tidak mengikat karena bukan hukum. Tetapi harus diingat dalam praktek bisnis sehari-hari etika bisnis dapat menjadi batasan bagi aktivitas bisnis yang dijalankan. Etika bisnis sangat penting mengingat dunia usaha tidak lepas dari elemen-elemen lainnya. Keberadaan usaha pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Bisnis tidak hanya mempunyai hubungan dengan orang-orang maupun badan hukum sebagai pemasok, pembeli, penyalur, pemakai dan lain-lain.

Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma-norma yang ada pada masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak bisa dipisahkan itu membawa serta etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik etika itu antara sesama pelaku bisnis maupun etika bisnis terhadap masyarakat dalam hubungan langsung maupun tidak langsung.

Kesimpulan :
Dalam dunia bisnis diperlukan taktik yang jitu agar produk dapat laris dipasaran. Karena dalam dunia bisnis sudah tentu kita akan bertemu dengan pesaing yang nantinya akan menjadi pengurang pendapatan kita secara tidak langsung. Seperti halnya dengan kasus APL vs SMSG ini. Terjadinya perilaku plagiatisme dalam dunia bisnis sudah menjadi konsumsi sehari-hari bagi si pembuat produk untuk mendapat keuntungan dari boomingnya produk pesaing.

Hal tersebut seharusnya tidak dilakukan dalam dunia bisnis, persaingan yang sebenarnya bukan dari berapa besar jumlah pendapatan yang kita hasilkan melainkan berapa banyak jumlah konsumen yang puas dengan apa yang kita hasilkan. Jadi dapat mengalahkan pesaing tidak hanya cukup tetapi melakukan bisnis berdasarkan etika itu jauh lebih baik. Persaingan yang sehat akan mendapatkan hasil yang sehat pula. Seperti bisnis yang sedang dijalankan dapat berjalan mulus tanpa rasa gelisah dan takut akan ketidakmampuan dalam meningkatkan laba setiap harinya.

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar