Seperti yang kita ketahui bahwa SMSG, ANDRO dan APL saling
berselisih, diberbagai belahan Dunia saling tuduh menuduh tentang hak paten dan
seakan tak berkesudahaan. Perang Hak paten antara perusahaan Tehnology terbesar
ini ada artikelnya ada pada laman situs www.Bussinesweek.com yang amat panjang,
tetapi menarik untuk di baca. Pada artikel BussinesWeek itu memaparkan perang
paten antara APL dan berbagai produsen yang memproduksi produk-produk ANDRO dan
juga artikel itu memberikan rincian bagaimana APL terlibat dalam litigasi paten
dengan sejumlah pembuat smartphone ANDRO, termasuk SMSG, MTRL dan HTC.
“Dalam perang paten telepon pintar (smartphone), banyak hal yang
dipertaruhkan. Perusahaan terkait tak akan ragu mengeluarkan uang banyak demi
menjadi pemenang,” kata pengacara dari Latham & Watkins, Max Grant, dikutip
dari Bloomberg, Jumat, 24 Agustus 2012. Menurut dia, ketika persoalan hak cipta
sudah sampai di meja hijau, maka perusahaan tidak lagi memikirkan bagaimana
mereka harus menghemat pengeluaran keuangan.
Sebagai gambaran, Grant mengatakan, pengacara APL diketahui
memperoleh komisi US$ 1.200 atau sekitar Rp 11,3 juta per jamnya untuk
meyakinkan hakim dan juri bahwa SMSG Electronics Co telah menyontek atau mencuri
desain smartphone APL. Perusahaan yang dipimpin Tim Cook itu juga sudah
menghabiskan total US$ 2 juta atau sekitar Rp 18,9 miliar hanya untuk
menghadirkan saksi ahli.
Meski kelihatan besar, uang untuk pengacara dan saksi ahli
tersebut sebenarnya tergolong kecil dan masih masuk akal di “kantong” APL ataupun Google. Sebagai contoh, biaya US$ 32 juta yang dikeluarkan APL dalam
perang paten melawan MTRL Mobility setara dengan hasil penjualan APL iPHN selama enam jam.
Keduanya diminta menghentikan penjualan produk tertentu. 10 produk
SM, termasuk Galaxy SII, tak boleh dijual lagi; 4 produk APL, termasuk iPd 2
dan iPHN 4, juga demikian. Oleh pengadilan Korea, SMSG diminta membayar denda
25 juta Won, sedangkan APL dikenakan denda sejumlah 40 juta Won atau setara US$
35.400.
ANALISIS
Moral Dalam Dunia Bisnis:
Moral sangat erat kaitannya dengan pembicaraan agama dan budaya,
artinya moral pelaku bisnis sangat dipengaruhi oleh ajaran serta budaya yang
dimiliki oleh pelaku-pelaku bisnis sendiri. Setiap agama mengajarkan pada
umatnya untuk memiliki moral yang terpuji dalam kegiatan mendapatkan keuntungan
dalam ber"bisnis". Jadi, moral sudah jelas merupakan suatu yang
terpuji dan pasti memberikan dampak positif.
Namun pada kasus ini, moral sesama si pesaing bisnis ini sangat
tidak terpuji karena rela menjatuhkan para pesaingnya yang sejenis. Harusnya
dalam berbisnis, kita tidak boleh saling menjatuhkan karena setiap orang sudah
memiliki porsi rejekinya masing-masing. Jika selalu iri kepada pesaing bisnis
kita, tidak akan ada habisnya kita akan terus dihantui rasa gelisah.
Etika Dalam Dunia Bisnis :
Apabila moral merupakan sesuatu yang mendorong orang untuk
melakukan kebaikan etika bertindak sebagai rambu-rambu (sign) yang merupakan
kesepakatan secara rela dari semua anggota suatu kelompok. Dunia bisnis yang
bermoral akan mampu mengembangkan etika (patokan/rambu-rambu) yang menjamin
kegiatan bisnis yang seimbang, selaras, dan serasi.
Dalam
menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain
:
- Pengendalian diri
- Tanggung jawab sosial (social responsibility)
- Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi
- Menciptakan persaingan yang sehat
- Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan"
- Mampu menyatakan yang benar itu benar
- Sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha kebawah
- Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
- Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati
Dari ke 9 hal yang perlu diperhatikan diatas, dalam menjalankan
etika bisnis sudah jelas bahwa artinya perilaku bisnis sendiri tidak
mendapatkan keuntungan dengan jalan main curang dan menekan pihak lain dan
menggunakan keuntungan tersebut walaupun keuntungan tersebut merupakan hak bagi
pelaku bisnis. Jadi maksudnya dalam hal ini, seharusnya pihak APL maupun SMSG tidak saling menggugat tentang hak paten. Karena masing-masing sudah memiliki
ciri khas. Dari segi OS nya pun juga sudah berbeda. Dari kekurangan dan
kelebihan pun juga cukup jauh berbeda. Karena si APL memiliki kelebihan di sisi
multimedia sedangkan si SMSG memiliki kelebihan dari pesan teks, media sosial,
dan microsoft office nya. Sadar akan masing-masing kekurangan dan kelebihan
akan menciptakan persaingan yang sehat.
Dunia Bisnis :
Secara sederhana etika bisnis dapat diartikan sebagai suatu aturan
main yang tidak mengikat karena bukan hukum. Tetapi harus diingat dalam praktek
bisnis sehari-hari etika bisnis dapat menjadi batasan bagi aktivitas bisnis
yang dijalankan. Etika bisnis sangat penting mengingat dunia usaha tidak lepas
dari elemen-elemen lainnya. Keberadaan usaha pada hakikatnya adalah untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. Bisnis tidak hanya mempunyai hubungan dengan
orang-orang maupun badan hukum sebagai pemasok, pembeli, penyalur, pemakai dan
lain-lain.
Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis tunduk pada
norma-norma yang ada pada masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang
tidak bisa dipisahkan itu membawa serta etika-etika tertentu dalam kegiatan
bisnisnya, baik etika itu antara sesama pelaku bisnis maupun etika bisnis
terhadap masyarakat dalam hubungan langsung maupun tidak langsung.
Kesimpulan :
Dalam dunia bisnis diperlukan taktik yang jitu agar produk dapat
laris dipasaran. Karena dalam dunia bisnis sudah tentu kita akan bertemu dengan
pesaing yang nantinya akan menjadi pengurang pendapatan kita secara tidak
langsung. Seperti halnya dengan kasus APL vs SMSG ini. Terjadinya perilaku
plagiatisme dalam dunia bisnis sudah menjadi konsumsi sehari-hari bagi si
pembuat produk untuk mendapat keuntungan dari boomingnya produk pesaing.
Hal tersebut seharusnya tidak dilakukan dalam dunia bisnis,
persaingan yang sebenarnya bukan dari berapa besar jumlah pendapatan yang kita
hasilkan melainkan berapa banyak jumlah konsumen yang puas dengan apa yang kita
hasilkan. Jadi dapat mengalahkan pesaing tidak hanya cukup tetapi melakukan
bisnis berdasarkan etika itu jauh lebih baik. Persaingan yang sehat akan
mendapatkan hasil yang sehat pula. Seperti bisnis yang sedang dijalankan dapat
berjalan mulus tanpa rasa gelisah dan takut akan ketidakmampuan dalam
meningkatkan laba setiap harinya.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar